social media problem
ini sudah postingan saya yang ke -entahlah soal media sosial. setelah sebelumnya ada post yang saya ingat mengenai argumen mengenai kekuatan love & like dan beberapa hal tabu di media sosial. dulu saya sempat ada di posisi, "Kalau saya post ini bakal ada yang kasih like atau love enggak ya? banyak yang suka gak ya?" yang berakhir jadi kecewa jika likers-nya sedikit dan ujung-ujungnya gambar atau postingan itu saya hapus karena malu mendapatkan perhatian yang sedikit. namun ternyata setelah lihat video yang Septi (teman SMA) share di grup whatsapp SMA disitu dijelaskan bahwa following, follower, like, love in social media are so nonsense. they can be seen but actually invisible. maksudnya invisible disini, buat apa punya banyak follower yang justru sama sekali tidak mengenal kita, buat apa mendapat banyak perhatian like & love dari orang-orang yang tidak sama sekali mengenalmu? is that could be called a friend? a family? non-sense, isn't it? kita hanya mendengar mereka tapi tidak melihat mereka. kita bicara dengan mengetik, mengobrol dengan membaca, dan waktu kita habis tanpa saling bertatap muka. sedih.
menurut the speaker di video tersebut akan lebih baik kalau kita menjadi produktif dan diakui daripada showing off something di media sosial padahal kita were nothing yang kenyataannya cuma jadi pelengkap hidup followers kita. ujung-ujungnya ternyata ini yang bikin sosial media jadi sesuatu addiction karena banyak orang berpikir bisa lebih dihargai. oh myyy saat ada 10 orang yang nanya lo kenapa saat lo bikin status "headache" is it mean they really care about you? saya pun baru tersadar untuk hal ini bahwa mereka hanya ada di dunia maya. kenyataannya ada enggak yang jenguk lo? ada yang mendoakan lo? ragu.
ketika udah jadi addiction dan ngerasa dunia maya adalah segalanya dan suplemen buat hidup kita maka kita akan ngerasa kesepian di tempat umum. see? jaman sekarang setiap orang yang nunggu dimanapun pasti sambil mainin ponselnya lalu update socmed atau chatting dengan seseorang nun jauh disana dibanding berusaha untuk membuka obrolan dengan orang sekitar kita atau bahkan memerhatikan sekitar lalu bertafakur. jaman sekarang bahkan sehari aja enggak buka smartphone kerasa hampa banget padahal kita bukan bussinessman atau artis yang punya relasi ratusan. dapat dipastikan juga hidup bakal baik-baik aja tanpa kebanyakan in touch dengan ponsel.
tulisan ini tidak menyindir siapapun justru malah untuk menyindir saya sendiri. pola pikir yang selama ini saya tanamkan ternyata benar-benar salah. untuk apa menjadi aktivis sosmed kalau tidak bisa membuka suatu obrolan di dunia nyata dengan orang baru? untuk apa haus akan perhatian orang-orang di dunia maya kalau kita tidak memberikan banyak perhatian untuk orang-orang sekitar kita di dunia nyata? untuk apa berbagi kegiatan kita untuk orang lain? i bet, they don't really that care to your life dude! so dari sini saya semakin yakin untuk tidak terlalu memperlihatkan kegiatan saya terurama kehidupan privasi saya di media sosial. tidak perlu memberi tahu foto keluarga, rumah, atau hal lain yang sifatnya pribadi sekaligus menyangkut diri seseorang. if those socmed is mine then i will just update about mine, not my family.
sekarang kita batasi penggunaan internet kita yuk. seperlunya saja. toh sepertinya lebih asyik kalau hal-hal yang kita lakukan di dunia maya itu dilakukan juga di dunia nyata. gak usah lagi mikirin followers kita berapa, yang likes berapa, yang komen berapa. toh mereka cuma di dunia maya. kenyataannya kita hidup di dunia nyata. sedih kan kalau ada yang ngucapin happy birthday di comment ig tapi aslinya kita gak dapet kado atau surprises atau ucapan langsung dari siapapun, sedih kan kalo kita upload foto pernikahan terus banyak yang kasih ucapan selamat tapi orang-orang itu gak dateng ke nikahan kita? be realistic aja intinya. semoga kita bukan termasuk dalam kehidupan yang mengikuti publisitas berlebihan, yang punya keinginan untuk didengar dan diakui. lebih baik berikan perhatian langsung dibanding memberikan love atau like. semua mengenai kehidupan privasi kita sepertinya akan lebih indah jika hanya kita yang tau, lalu kita mensyukuri tanpa harus memikirkan apa kata orang dan bagaimana reaksi orang.
Comments
Post a Comment