Resistible for failures. Why not?


Ya beginilah hidup di usia yang sudah lebih dari seperempat abad, saat menulis blog bukan lagi sebuah keharusan karena tuntutan pekerjaan lebih menjanjikan blah. Tahun lalu, hanya total 12 posts padahal sebegitu banyak ups and downs like you’re riding roller coaster. Beberapa momen masih sempat ditulis dengan begitu banyak kiasan puitis ala-ala Rupi Kaur, sisanya being skipped.

2018. A year full of struggle. To finish my postgraduate study, to let off my expectations for someone, to finish all Peach and Palette commissions in middle of human-being distractions, and of course to accept the result of my efforts, my prayers, yang kenyataannya berkali-kali merasa sudah semaksimal mungkin berusaha, berdoa tapi tetap gagal.

Tahun 2018, setelah resmi menyelesaikan kuliah pascasarjana dan proyek buku yang penuh drama. Aku berniat untuk pindah dari Bandung. Segitu bosannya dengan Bandung, with my current job. Berusaha semaksimal mungkin untuk cari kerjaan wilayah Jabodetabek. Why Jabodetabek? Alasan terkuatnya satu: bisa gampang dan lebih sering pulang ke rumah!

Tapi ternyata, Allah punya rencana terbaiknya. Di tahun 2019 semuanya terjawab: rezekiku masih di Bandung!

Masih ingat rasanya sakit yang terjadi di hari pengumuman dosen di salah satu universitas negeri, di dua sekolah Internasional Jakarta, CPNS 2018. All failed result were in 2018! Saat itu, undescribable feeling banget, hancur remuk. Paling sedih dan paling lama move on sih gagal CPNS 2018 karena nyaris…nyaris lulus. Mulailah hati ini berandai-andai, yang lebih parah menyalahkan Allah dengan semua keputusan-Nya. Kenapa sih gagal terus? Yang bahkan mungkin, Allah udah jengkel dengar curhatanku yang malah menyalahkan (kalau diinget-inget lagi ingin rasanya memaki diri sendiri, berani banget begitu sama Allah. Astaghfirullah). Semuanya karena segitu pengennya loh dengan posisi kerjaan itu, bukan masalah dosennya, bukan masalah PNS-nya, bukan masalah sekolahnya, tapi seingin itu pindah dari Bandung, pindah dari kerjaan yang sekarang yang jauh dari Rangkasbitung dan mikir mending kerja di Jakarta dengan segala kemudahan akses untuk pulang ke rumah.

Akhirnya setelah kegagalan ini itu, aku tetap berusaha untuk apply ke sekolah internasional lainnya. Makin panas. Makin penasaran. Tujuan utama tetep Jakarta dong. Aku apply bertubi-tubi ke banyak sekolah bahkan ke sekolah yang enggak buka vacancy sekalipun. Tapi suatu hari aku memutuskan untuk apply juga ke sekolah internasional di Bandung. Oh man, Bandung again? Sempet agak ragu tapi resume tetep dikirim, urusan keterima enggaknya mari kita lihat nanti, pikirku saat itu. A month passed by, enggak ada satu pun yang balas email. Udah mulai pasrah. Emang segitu enggak qualified kali ya untuk ngajar di sekolah internasional. Padahal udah lama, sepengen itu juga untuk bisa ngajar di sekolah internasional. Bahkan sebelum pengumuman CPNS, aku sempet cerita ke Vivi, “Vi meskipun nanti aku keterima CPNS, ada sedihnya juga sih sebenernya. Nanti aku enggak bisa ngajar di sekolah internasional dong ya? Padahal aku pengen banget punya pengalaman kerja in that kind of school.” Enggak, bukan karena sok-sokan jago english tapi justru karena segitu pengennya suasana ngajar yang berbeda meanwhile meningkatkan kualitas sebagai guru dengan daily life with expatriate teachers, english conversation demand, cambridge curriculum. Ditambah lagi sungguh malesnya ngajar di local school yang banyak men-underrated para honorer yekan.

Dan ternyata… CPNS-nya emang beneran enggak lulus broh. Vivi ngasih semangat gini "Mungkin emang kamu harus di sekolah internasional dulu Ca. Kan kamu emang awalnya pengennya gitu kan." Dan bener aja beberapa hari setelah pengumuman CPNS, disaat aku lagi jatuh sejatuh-jatuhnya, merasa bodoh karena CPNS aja enggak keterima, email resume-ku dibalas oleh salah satu sekolah internasional di Bandung, which is honestly I was not that happy. Bahagia sih, bahagianya ternyata aku cukup qualified for being invited to their interview, international school men!!! Literally my dream job! Who will reject for that so good opportunity for your career life? Eventhough you know, this is not a school that I expected. Like, Bandung again? Tapi tetep ku ikuti semua proses requirement test-nya, however this is my dream I wish come true. Meski sempat juga putus asa karena tesnya sungguh membuat kehilangan percaya diri! Dari mulai interview, demo lesson, and biology test were all in english. Aku yang sejak 4 tahun enggak pernah berkutat dengan english for education and biology sempet down. Berantakan. Aku bahkan mulai pesimis dan berdoa dikuatkan dan dimudahkan kalau memang aku layak diterima.

Less than 2 weeks as they promised to give an announcement of acceptance, only in 3 days I already got the result: ACCEPTED AND ADMITED TO…. CONGRATULATION! Setelah pengumuman ini, alhamdulillahirobbilalamin, all praises to Allah. He’s the best planner everrrrrr. Semua kesedihan berubah jadi harapan. Back to my ceplas ceplos ke Vivi back then, emang bener,  pasti ada hikmah dibalik kegagalan di 2018 kemarin. Mungkin kalau aku keterima CPNS 2018, aku enggak bisa dapat kesempatan ini. Sampai sekarang, saking enggak percayanya, aku sampai enggak mempermasalahkan akan stay for more years in Bandung, aku enggak mempermasalahkan berapa banyak aku gagal sebelumnya. Yang jelas, this was beyond words, like I’m dreaming! Masya Allah, sekolah international!!! Aku yang justru enggak sengarep dan seyakin itu bisa keterima di sekolah international malah ternyata lulus. Allah Maha Baik.

Yes, I know. This is only the beginning, the only 1% of my another journey that the road maybe tough, maybe rough. Disaat rasa enggak percaya diri masih selalu menghampiri, dengan segala kekurangan diri, merasa akan banyak sekali yang harus dipelajari, akan banyak sekali pressure for sure. Scared my self enough. Tapi katanya, jangan membatasi kehebatan diri, jangan katakan tidak bisa padahal belum mencoba. 

For whatever will happen, all maybe still unclear, but it will work itself out. Just dive in. You can become special by working really hard for a long time. But if someday you feel like giving up, please remain that Allah always there for those who believe. Please read this post, remember why you started, where you’re headed, think of how great it will be to get there.

For you who still struggling for your dream, enggak apa apa gagal, kalau gagal ya coba lagi, sampai kita merasakan resisten akan kegagalan, sampai kita mati rasa dan udah enggak sakit hati saat gagal. Kita enggak pernah tau sejauh mana kita sudah mendekati tujuan, kalau taunya sedikit lagi lalu kita malah berhenti kan terlalu sayang. So just keep going. Akan ada saatnya semua doa terkabul, akan ada saatnya semua usaha terbayar.

Comments

  1. Alhamdulillah, barakallah. So happy for you Ca. Udah lama kita ga ngobrol, semoga kita semakin ridho dengan episod hidup yang Allah takdirkan untuk kita yaa.. *hugs

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

1

Jangan sombong, banyakin bersyukur

sahabat kakak