Life is randomly beautiful

Been in frustrated feeling for these past two months after daddy was hospitalized, being rejected in my dream job, broken hearted with someone while mommy with her "mau dikenalin sama yang 'ini' aja enggak?" more and more (padahal aku maunya sama dia), uncertainty resign planning, and all anxiety feeling that could ruin my day like almost everyday! Parah sih dua bulan ini berasa berat banget. Rasanya enggak karuan dan sedih terus. Ngajar enggak semangat, kepikiran sana sini, capek hati capek pikiran. Padahal solat dan ngaji jalan terus tapi mungkin emang enggak khusyuk. Terus mikir, waah ini ada yang enggak beres sama hidup yang sekarang nih. Ini kenapa. Ini harus gimana? Akhirnya berusaha nyari jawaban dan solusi sendiri. Tiap solat berusaha minta ke Allah supaya dikasih petunjuk. Sampai akhirnya suatu hari diajakin ikutan kajian muslimah sama temen kerja. Ngebelain pulang ke kosan lebih malam dari biasanya. Tapi bikin bahagia dan tenang banget. Kajian pertama itu ternyata bisa menjawab salah satu dari kekhawatiranku. Kira-kira kesimpulannya begini:
“Kalau doa kita belum dikabulkan Allah, yang bikin kehidupan ini enggak sesuai dengan rencana kita, berarti kita diminta Allah untuk lebih sabar, berbaik sangka, dan menikmati masa-masa kedekatan dengan Allah. Percayalah, kesulitan, kesempitan, kesedihan akan membuat kita semakin dekat dengan Allah.”
Masya Allah. Langsung merasa tertampar. Bener-bener buatku terharu. Allah Maha Baik banget masih ngasih hidayah di tengah-tengah hampa dan tak berartinya hidup. Aku jadi dikuatkan untuk menikmati masa-masa in the lowest point of my life. Padahal sebelumnya aku sempat suudzon, kok hidupku gini sih? Kok gitu sih? Nanya-nanya sok tau ke Allah tanpa berserah diri. Astaghfirullah. Lalu aku sadar ya mungkin Allah masih pengen aku terus berdoa, Allah masih pengen aku berusaha sungguh-sungguh, Allah masih pengen aku minta-minta kepada-Nya.  

Akhirnya sejak itu, aku jadi bertekad untuk selalu ikut kajian. Percaya atau enggak, aku enggak pernah ikut kajian sejak tiga tahun terakhir ini. Dulu pas zaman kuliah S1 sih masih nyempetin, itupun karena ikutan ta’lim jurusan atau fakultas, dan ada temen. Sekarang, mau ada temen ataupun enggak harus ikut kajian. Kita enggak pernah tau gimana level keimanan kita. Kaya kesehatan aja, kalo enggak dijaga ya bakal sakit. Iman dan hati juga begitu. Kita harus menjaganya. Selama ini aku berpikir, ahh udah lah enggak perlu ikut-ikutan kajian. Toh udah cukup ilmu pas tiga taun di boarding school, yang penting aku tetep solat, ngaji, dan berbuat baik kan. Tapi ternyata formulanya bukan begitu. Islam itu pelajaran, bukan pengalaman. Kita enggak boleh menilai diri kita cukup dalam ukuran ibadah. Jadi sampai kapanpun kita harus cari ilmu Islam itu, perdalam, perbanyak. Ikut kajian itu bukan karena kita merasa udah sholeh atau sholehah. Salah banget. Aku ikut kajian karena aku merasa enggak sholehah. Aku masih butuh ilmu, aku butuh sesuatu yang bisa menjaga iman.

Aku yakin kita semua ingin istiqomah di jalan Allah kan? Enggak ada jaminan hati dan iman kita akan terjaga kalau kita enggak menjaganya. Allah yang Maha Membolak-balikan hati manusia. Kalau mau hati ini istiqomah, kalau mau keimanan ini dijaga, ya mintanya sama Allah, deketnya pun harus sama Allah. Jangan pernah merasa cukup dalam urusan ibadah, iman dan hati pun harus di-upgrade.

Sekarang alhamdulillah banget merasa lebih nyaman untuk menikmati hidup. Semakin yakin kalau ujian itu ya memang tanda kasih sayang Allah. Kalau aku enggak ngerasa kesulitan dan kesedihan di dua bulan kebelakang ini, mungkin aku enggak akan sadar kalau selama ini udah sangat lalai, suudzon terus sama Allah. Alhamdulillah Allah masih kasih hidayah lewat teman-teman yang sangat baik. Percaya atau enggak, aku enggak pernah cerita ke siapapun tentang masalah-masalahku itu tapi satu per satu semuanya terjawab dengan aku ikut kajian. Lewat, randomly aku buka-buka lagi arsip blog dan notes (read my previous post) yang bikin aku makin bersyukur. Pernah juga lewat cerita teman-temanku. Misalnya overheard temenku ada yang bilang, “Kenapa coba kita suka galau, khawatir enggak jelas, kepikiran ini itu. Karena kita mikirinnya dunia terus, padahal Allah yang atur. Coba deh bikin target ibadah, malu loh kok target dunia dikejar-kejar tapi ibadah dijadikan nomor sekian.” Atau ada juga yang bilang gini, “Padahal kita udah dikasih kesehatan, kemudahan, kelapangan untuk beribadah. Tapi kok males-malesan sih.” Itu random banget aku denger tapi langsung masuk ke hati. Like…Allah is listening to me. Allah gives an advice, gives the answer for what should I do. 

Jadi sebenernya, enggak usah risau dengan rencana hidup kita, udah ada Allah yang ngatur. Kita tau apa sih dengan masa depan? Kita tau apa sih dengan hati manusia? Jangan buang-buang waktu untuk hal yang sudah dijamin dan diatur Allah dengan sebaik-baiknya. Kalo kata Aa Gym, mending kita kejar yang udah pasti: ibadah. 

Tulisan ini enggak bermaksud gimana gimana. Sungguh-sungguh hanya untuk sharing pengalamanku yang menurutku luar biasa. Betapa Allah sangat baik. Betapa hidayah itu ada disekeliling kita, tinggal kitanya mau atau enggak untuk menjemput hidayah itu. Pelan-pelan, sedikit-sedikit. Allah enggak akan merubah nasib kita kalau kita enggak ada keinginan untuk merubahnya, kan?

Insya Allah.

Comments

Popular posts from this blog

a month remaining to 21

1

Dear Friend...