We life, we learn

Tulisan ini terinspirasi dari what was happening to one of influencer, Gitasav, few days ago. At first I didn’t know anything till some of my friend on twitter blowed it up and even made a thread. So i was curious. I spent on everything related to those two. I read Gita’s post on blogspot, even I listened to her speaking on her ig story. And of course I wouldn’t forget to read what’s on Helmi’s. 

I guess you all know what happen ya so I won’t tell who is Helmi and even Tristan. 

After knowing what happened so I guess it was only the power of social media which makes everything worse. Saat tau masalah mereka, aku merasa “Wah bisa sejauh ini ya”. Both of them makes it more complicated juga sih. Oke I know, Gita is one of popular and powerful influencer who got a sexual harassment yang memang sangat tidak sopan untuk diucapkan. Gita tried to speak up, dia mengutarakan kebenaran bahwa sebagai perempuan jangan hanya diam saja saat dapat (even if only) a text that contains sexual harassment. Iya aku setuju. Sebagai perempuan kita memang ada kewajiban untuk mengingatkan mereka untuk menjaga mulut dan tulisan menjijikan mereka seakan akan wanita adalah objek kesenangan para pria. Tapi yang salah bahwa Gita mungkin khilaf bahwa dia memiliki ratusan ribu followers yang tentu akan turut serta di dalam masalahnya. Hal inilah yang menjadikan masalah makin besar. Mungkin maksud Gita ingin memberikan pelajaran pada si pemilik akun Tristan. Gita marah. Gita tidak mau sexual harassment ini jadi hal yang disepelekan makanya dia speaking up. Tapi ternyata akun Tristan itu palsu sehingga ada Helmi yang merasa dirugikan juga. Disaat seperti ini lagi-lagi medsos dan kepopuleran bikin suasana makin panas. Helmi yang juga kesal akhirnya menumpahkan kekecewaaannya pada Gita. Gita makin tersulut emosi karena Helmi membuat masalah semakin besar. Helmi merasa dirugikan reputasinya. Sampai akhirnya Helmi turut membagi masalahnya di Instagramnya yang jika dilihat memang menyudutkan Gita. 

Sampai sekarang aku enggak tau gimana drama mereka berdua berakhir. Semacam tidak mau mengikuti drama mereka sih karena tentunya akan ada banyak spekulasi. Di sisi Gita, banyak yang bilang bahwa Helmi cari sensasi biar naik panggung. Tapi di sisi Helmi, mereka bilang Gita terlalu lebay, tidak sopan, dan terlalu clumsy untuk membagikan masalahnya di medsos. Di home twitter-ku rata-rata membela Helmi. Hingga akhirnya Gita menutup akun twitternya (mungkin untuk sementara untuk away for a while gitu). Akhirnya tentu hal ini akan banyak spekulasi karena kita tidak tau masalah yang sebenarnya. Jadi takut juga kan kalau kita pro salah satu pihak eh ternyata itu salah. 

Disini aku belajar banyak banget dari kejadian antara Gita dan Helmi. Siapapun Helmi, siapapun Gita mungkin semuanya akan terlihat lebih wajar jika kedua pihak tidak terlalu membawa publik ke dalam masalahnya, enggak pakai emosi, enggak ada udang dibalik batu. Tindakan Gita memang sudah sangat benar dengan speaking up mengenai sexual harrasment yang dialaminya. Perempuan gak boleh diam. Tapi ternyata masih saja ada yang memanfaatkan situasinya? Padahal semua masalah dengan manusia bahwasanya bisa diselesaikan lewat komunikasi (ini masalah Gita - Helmi ya, kalau akun Tristan sih emang harus dibawa ke kantor polisi supaya diborgol mulutnya), tinggal kita yang settle how it goes seperti bicara baik-baik, sopan, dan ajak diskusi tanpa ada kemarahan.  Kita semua tau bahwa menyelesaikan masalah dengan marah justru akan memperburuk suasana. Pun di kehidupan ini akan selalu ada orang yang memanfaatkan situasi, jadi seharusnya kita perlu berhati-hati. Tidak semuanya satu frekuensi hati dan pikiran dengan kita. Kita yang harus belajar menyesuaikan karena kita enggak bisa menyuruh dan mengontrol apa yang di luar kita. Memang susah sekali, aku yakin, harus super sabar, kontrol emosi. Padahal toh kita manusia ya, selalu ada khilafnya. Seperti yang Gita bilang bahwa dia pun manusia bisa marah dan bisa memaki-maki. 

Jadi intinya kita semua belajar bahwa tidak semua orang akan memahami apa yang kita pahami. Tidak semua masalah harus dibagikan pada orang lain karena kita tidak tau orang-orang seperti apa yang akan kita hadapi. Kita harus siap akan adanya orang yang memperkeruh suasana. Jika ini terjadi sebisa mungkin harus sabar dan jangan jadi menyulitkan orang lain, maafkan. Sesimpel itu ya. Biarkan ada Allah yang menilai. Namanya juga manusia kan ya bisa berbuat salah. Kita bukan malaikat toh. Makanya gimanapun memang berbuat baik tidak akan selalu mudah. Jika mudah, surga tentu bisa dimiliki oleh semua orang. Bukan pemenang. 

Nb: Mohon maaf apabila ada yang merasa tersinggung dengan tulisan ini. Disini aku enggak mendukung siapapun tidak pula menyalahkan karena aku enggak tau masalahnya sama sekali. Disini aku hanya belajar dari masalah Gita dan Helmi dan mencoba menuliskan my point of view aja. Aku jadi berpikir bahwa enggak gampang ya jadi seorang influencer. Apapun yang dilakukan akan menjadi sorotan. Begitupun kita sebagai netizen biasa. Bersikaplah sepositive mungkin dimanapun kita berasa, berhati-hatilah menanggapi suatu masalah terutama masalah di medsos. Meskipun kita bukan siapa-siapa, belum bisa jadi influencer, seenggaknya kita tidak sembarangan menggunakan medsos sehingga tidak merugikan orang lain. Itu saja cukup. 

Comments

Popular posts from this blog

a month remaining to 21

1

Dear Friend...