#DAY21. How You Hope Your Future Will Be Like
Hari ini saya diminta untuk mengisi jam tutor tambahan, hari Sabtu yang biasanya saya gunakan untuk mengerjakan tugas kuliah mau tidak mau harus dihabiskan di tempat mengajar. Awalnya saya pikir, gak akan siswa yang mau tambahan di hari Sabtu. Tapi ternyata hari itu ada Naya dan Haris (murid kelas XI SMAN 3 Bandung) yang datang ke saya lalu minta dijelaskan materi sistem respirasi. Mereka bilang belum mengerti mekanisme pertukaran gas yang memang melibatkan pemahaman materi mata pelajaran lainnya, seperti fisika dan kimia.
Saya pun mulai menjelaskan pada mereka sedikit demi sedikit. Saya coba integrasikan ketiga mata pelajaran tersebut untuk menjelaskan mekanisme pertukaran gas sesederhana mungkin agar Naya dan Haris benar-benar mengerti. Sesekali saya bertanya pada mereka agar mereka mampu menghubungkan konsep-konsep lalu menarik kesimpulan sendiri, memahaminya sendiri. Hingga akhirnya mereka tercengang sendiri bahwa sebegitu rapinya Allah menciptakan suatu mekanisme tubuh, tidak ada yang tanpa alasan, mengapa sesuatu harus begini mengapa sesuatu harus begitu ternyata mampu dijelaskan scientifically. Ada kepuasan tersendiri saat melihat Naya dan Haris berdecak kagum lalu memanjatkan puji pada Allah swt begitu mereka memahami bagaimana mekanisme gas yang tak tampak mata mampu menghidupkan seluruh sel tubuh.
Naya pun tiba-tiba bertanya pada saya,
“Bu hebat banget sih jelasinnya. Kenapa gak jadi dokter aja, Bu? Kan gak jauh jauh dari biologi.”
Saya hanya bisa tersenyum. Luka lama kembali terbuka (you know what i mean, huh?). Tapi kemudian saya coba menjelaskan pada mereka.
“Ibu juga awalnya ingin jadi dokter ko. Dokter gigi. Tapi ternyata Allah gak mengizinkan meskipun sebelumnya Ibu udah berusaha semaksimal mungkin....”
Naya dan Haris memperhatikan saya bercerita.
“Dari sekian tes PTN yang Ibu ikut ternyata hanya lulus di jurusan biologi ini, jadi guru. Tapi gak apa apa ko, sekarang Ibu seneng-seneng aja. Jadi bisa ketemu kalian, ngajarin kalian.”
Naya dan Haris senyum, lalu Haris bilang,
“Tapi Ibu cocok banget lho jadi guru, bisa banget gitu ngejelasin materi yang abstrak, padahal Ibu gak ngejelasin semuanya. Ibu kan daritadi nanya kita, nyuruh kita mikir yang bikin kita jadi ngerti sendiri.”
“Iya, Bu. Aku juga jadi ngerti banget.” Naya ikut-ikutan bicara.
Speechless saat dengar mereka bicara seperti itu. Lalu saya hanya bisa berkata,
“Kalian kan mau jadi dokter juga kan?”
Naya dan Haris mengangguk.
“Berjuang dari sekarang ya. Segala sesuatu yang berharga itu enggak ada yang gampang. Harus mau capek, harus mau usaha lebih. Ibu percaya kalian pasti bisa masuk FK kalau memang kalian berjuang untuk itu.”
Naya dan Haris pun senyum, “Doakan ya, Bu...” Saya pun mengangguk. Lalu tersenyum.
Beyond happiness sekali saat dengar Haris dan Naya bicara seperti itu. Seperti ada kekuatan kalau saya juga harus berusaha untuk mampu memberikan yang terbaik demi masa depan mereka. Jangan malas belajar untuk menambah pengetahuan, jangan pernah menyerah untuk apapun tantangan mengajar yang sedang dijalani. Semuanya harus dinikmati agar hasilnya maksimal dan berkah di dunia maupun di akhirat.
Haris dan Naya menegaskan bahwa memang inilah yang saya butuhkan untuk masa depan saya. Masa depan sudah seharusnya akan menjadi inspirasi bagi siswa, menjadi motivasi untuk mereka mencapai mimpinya, mengajarkan mereka betapa besar keagungan Allah dalam penciptaan makhluk-makhluknya, dan masa depan untuk bisa menebar manfaat. Masa depan sudah tidak boleh diragukan lagi, bukan?
Terimakasih ya untuk Naya dan Haris sudah memotivasi. Ibu doakan semoga FK-nya tercapai aamiin
Comments
Post a Comment