#DAY14 What You (wear) Wore Today
Kayanya sih ya topik ini sebenarnya minta foto
ala-ala ootd (outfit of the day) atau setidaknya mention what i wore today. Tapi
karena hari ini saya tidak berencana pergi kemana-mana jadi enggak ada yang
pantas untuk dijadikan outfit of the day. Jadi saya coba untuk mengembangkan
topik ini kearah yang saya-sambung-sambungin-sendiri-yang-penting-nyambung
hahaha tadinya sih mau ganti topik tapi ya masa mau ganti topik mulu (padahal
karena ada niatan ganti topik untuk topik selanjutnya jadi masa topik ini mau
diganti juga hihi)
What i actually want to say through this topic
is....
Ada yang salah dengan pola pikir saya selama
ini tentang what kind of ‘dress’ i have
to wear everyday, in kinda woman dressing up rules. Dressing up disini bukan sebatas apa pakaian yang saya pakai,
bagaimana saya berpenampilan tapi lebih kepada nilai apa yang harus saya pakai,
harus saya junjung sebagai wanita sehingga menunjukkan bahwa we have our own crown and values to live the
life independently. Saya ingat sekali saat ulangtahun Shani yang ke 22 tahun kemarin, (Shan, gue minjem cerita dan nama lo ya hehe), saat
itu kami menghabiskan waktu bersama di angkringan malam depan kampus ITB
(kampusnya Shani). As i told you,
sejak SMA saya mengenal Shani adalah sosok perempuan yang kuat, dulu jarang
lihat Shani berkelompok dengan cewek-cewek untuk sekadar bercanda-canda tidak
penting. Dengan percaya diri Shani lakukan apapun sendiri, independently, dan cenderung acuh dengan apa kata orang lain. At that time, Shani was so popular as a fierce-forward-looking
person hingga saya sempat berpikiran dia sangat apatis dengan
lingkungannya, cuek, sebodo amat. Tapi saya berpikir lagi, setiap orang selalu punya
alasannya masing-masing mengapa bersikap seperti itu. Dan (mungkin) alasannya,
karena dengan bersikap seperti itu, Shani bisa membentuk dirinya menjadi
seorang yang kuat, cerdas, punya idealisme dan keinginan yang kuat soal apapun, tidak
mudah terpengaruh, open-minded, dan sangat mandiri. Tapi yang saya lihat justru
adalah sosok Shani yang sangat mengintimidasi bahkan untuk saya sebagai teman
perempuannya. Bagaimana pada teman-teman laki-lakinya? Padahal kodrat laki-laki
itu tidak ingin terkalahkan dalam apapun. How does she overcomes this gender issue? Dan malam itu, dengan bodohnya saya
bilang pada Shani,
“Gue liat lo udah keren banget, Shan. Sebagai cewek, lo mandiri, cerdas, kuat, punya pikiran yang luas, tapi harus inget juga kodrat lo sebagai perempuan bahwa lo juga butuh laki-laki, jangan pernah mengintimidasi laki-laki dengan itu semua. Laki-laki gak terlalu suka dengan sifat perempuan yang mengintimidasinya.”
Saat itu Shani jawab dengan bijaksana,
“Karena sekarang gue cuma lagi membiasakan untuk menjadikan diri gue mandiri. Gue gak tau kan nanti kedepannya kehidupan rumah tangga gue bakal gimana. Kalo suami gue meninggal duluan, seenggaknya gue tetep bisa jadi perempuan yang kuat, meski sendirian.”
((kurang lebihnya seperti itu lah inti obrolan kita, tepatnya sudah lupa juga))
Setahun berlalu dari obrolan itu, tidak ada yang merubah pemikiran saya pada apa yang dimaksud oleh Shani. Dan hingga saatnya sekarang, saya baru tersadar akan apa yang Shani maksud adalah sesuatu yang justru jauh lebih berharga dan betapa omongan saya saat itu was soooooo petty-minded, so shallow. Dengan bodohnya saya bilang bahwa she has to lower her fiercely-strong-indepedent personalities just in case the man will feel much intimidated and (perhaps) afraid to approach her. But, those are the big mistake i’ve ever thought, i’ve ever said! Dulu saya berpikir bahwa tidak etis rasanya bagi perempuan untuk memiliki apa yang seharusnya lebih layak dimiliki laki-laki, kalau kita terlalu kuat, terlalu kaya, terlalu cerdas, terlalu mandiri nanti mana ada laki-laki yang mau. Tapi semuanya salah. Salah besar. Anggapan bahwa laki-laki senang dengan perempuan manja dan should dependent to them itu ternyata suatu kesalahan. Dan akhirnya yang saya pelajari sendiri adalah sudah saatnya perempuan itu punya value yang lebih dari sekadar penampilan, punya value yang sama besarnya dengan apa yang dimiliki para laki-laki. Perempuan itu harus cerdas, kuat, mandiri (finansial maupun mental), punya passion, tidak serta merta hanya parasit dan meminta seorang laki-laki kaya dan tampan untuk jadi suaminya kelak.
Setahun berlalu dari obrolan itu, tidak ada yang merubah pemikiran saya pada apa yang dimaksud oleh Shani. Dan hingga saatnya sekarang, saya baru tersadar akan apa yang Shani maksud adalah sesuatu yang justru jauh lebih berharga dan betapa omongan saya saat itu was soooooo petty-minded, so shallow. Dengan bodohnya saya bilang bahwa she has to lower her fiercely-strong-indepedent personalities just in case the man will feel much intimidated and (perhaps) afraid to approach her. But, those are the big mistake i’ve ever thought, i’ve ever said! Dulu saya berpikir bahwa tidak etis rasanya bagi perempuan untuk memiliki apa yang seharusnya lebih layak dimiliki laki-laki, kalau kita terlalu kuat, terlalu kaya, terlalu cerdas, terlalu mandiri nanti mana ada laki-laki yang mau. Tapi semuanya salah. Salah besar. Anggapan bahwa laki-laki senang dengan perempuan manja dan should dependent to them itu ternyata suatu kesalahan. Dan akhirnya yang saya pelajari sendiri adalah sudah saatnya perempuan itu punya value yang lebih dari sekadar penampilan, punya value yang sama besarnya dengan apa yang dimiliki para laki-laki. Perempuan itu harus cerdas, kuat, mandiri (finansial maupun mental), punya passion, tidak serta merta hanya parasit dan meminta seorang laki-laki kaya dan tampan untuk jadi suaminya kelak.
Konsep perempuan kuat yang Shani ajarkan itu
berhasil membuat saya terhentak. Tidak perlu bertingkah layaknya perempuan
manja, showing them our aegyo to attract
the men. Gak perlu ngerasa takut mengintimidasi para lelaki ketika kita
ingin mengembangkan potensi diri untuk menjadi superwoman. Toh segala kelebihan
yang kita punya bukan untuk membuat laki-laki takluk tapi untuk membuat kita
mandiri. Percayalah hanya laki-laki rendah yang merasa terintimidasi oleh
perempuan yang matang segala-galanya. And
you know, the real man obviously will always search for our kindness, our
intelligence, and will never ever be intimidated by our strong-independent
personality. So it doesn’t need lowering our personality just to attract the
men, just be ourselves, sesungguhnya hanya laki-laki yang juga sama-sama
memiliki those precious personalities
yang tidak akan merasa terintimidasi dan justru akan berusaha untuk tinggal di dalam
hati kita, dalam kehidupan kita karena semata-mata mereka sangat membutuhkan
eksistensi kita untuk bisa berjalan beriringan dengan kehidupannya yang juga
sama-sama kuat.
Jadi wahai perempuan-perempuan muda, menjadi
cantik itu memang keharusan (harus dijaga, harus dirawat, harus juga
diperhatikan) karena percayalah laki-laki itu makhluk visual yang sangat
mengagungkan kecantikan paras dan tubuhmu, penampilanmu, apa yang kamu pakai. Tapi
untuk bisa bertahan denganmu pun, the
real man needs more than that. Terlebih lagi kita enggak selamanya bakal jadi
perempuan single. Akan tiba saatnya kita berhenti mencari dan bertahan. Ketika
fase bertahan itu dijalani maka kekuatan fisik akan luntur perlahan dan
terkalahkan eksistensinya dengan kekuatan lainnya. Kita akan jadi ibu, akan
jadi istri. Banyak hal yang harus dikembangkan untuk menjadi 2 sosok luar biasa
itu, harus cerdas agar gak bosen diajak diskusi dan jadi madrasah pertama untuk
anak-anaknya, harus mandiri juga secara finansial dan mental agar enggak
ketergantungan pada suami, harus kuat agar mampu melahirkan keturunan yang kuat
juga disamping cukup mempercantik diri untuk memuaskan suami. Kalau kata Riri
sih, percuma jadi cewek cantik kalau gak
punya kelebihan selain jadi cantik.
Itulah kenapa mulai sekarang tidak usah ragu
untuk menjadi superwoman bukan untuk membuat laki-laki takluk tapi untuk
eksistensi wanita kita kedepannya, keep
it as your pride, your value. As my friend posted in her instagram,
Dear woman,
Sometimes, you will just be too much woman
Too smart, too beautiful, too strong, too
independent. Too much of something
that makes a man feel like less of a man which
will start making you feel like
you have to be less of woman.
And the biggest mistake you can make is
removing jewels from your crown,
to make it easier for a man to carry. When it
happens, i need you to understand.
You don’t need a smaller crown,
You just need a man with bigger hands.
"What you (always wear) wore today, it’s not about how to dress up beautifuly nor to spruce up oftenly. It should be more than that. It’s about how you feel confident for the value of being superwoman you had have and keep expanding and maintaining your great personalities."
Comments
Post a Comment