#DAY12 What your thought today
Ini challenge kedua yang akhirnya saya putuskan untuk menggantinya dengan topik lain. Topik yang sebenarnya sih 5 Guys You Find Attractive haha tapi duh enggak dulu deh nulis yang beginian. Meskipun ini cuma tantangan, don't take it seriously gitu sebenernya, ya i mean gak harus juga nulis dengan jujur the real 5 guys i find attractive itu dan sangat bisa diisi tentang biodata dan why these guy -Harry, Zayn, Niall, Louis, dan Liam are attractive misalnya hahaha tapi kan sangat enggak lucu, ini bukan blog anak SMP anyway.
So jadinya berdasarkan hasil ngebajak salah satu topik yang Esthi bikin sendiri (haha belom bilang lagi ke orangnya), day 12 ini diganti dengan topik seperti judul diatas. Kenapa akhirnya milih topik itu karena lately, sejak masuk bulan Ramadhan sebenarnya, saya berpikir ada sesuatu yang salah dengan rutinitas saya kemarin-kemarin yang hingga akhirnya, sekarang, jadi sesuatu yang sedikit demi sedikit dicoba untuk ditinggalkan eh dikurangi kali ya. Sebenarnya the thought of this fucking lifestyle sudah lama jadi sesuatu yang bikin saya khawatir, hingga akhirnya sampai juga di titik jenuhnya.
Di kehidupan sekarang, semua orang sibuk dengan gadgetnya (being an autism), sibuk untuk saling mengabarkan pesan, atau sibuk mengabarkan segala yang terjadi pada dirinya di media sosial. Itu semua memang tidak salah, saya pun pernah mengalami fase seperti itu. Fase dimana chatting dengan teman di kamar lebih seru dibandingkan mengobrol dengan teman kost di ruang tengah kosan, saat dimana ada perasaan senang jika foto instagram dilike oleh puluhan orang, atau status line kita diperhatikan oleh teman-teman. Saat itu saya berpikir ya seru-seruan aja, biar enggak sepi. Tapi ternyata yang namanya dunia tidak nyata itu hanya membawa kesemuan, yang cepat atau lambat akan menampakkan kita pada titik kejenuhan. Dan saya sekarang sepertinya sedang berada di posisi itu.
Berawal dari media sosial Path yang saya tinggalkan karena isinya hanya keseharian orang lain yang sungguh sangat tidak penting untuk diketahui, yang ujung-ujungnya sering membuat saya berpikir betapa sempurnanya kehidupan mereka dengan check in menyenangkannya. Yang membuat saya jadi kurang bersyukur dengan kehidupan saya sendiri. Setelah path, akhirnya sekarang instagram pun berlaku demikian. Akhirnya saya menguninstal Instagram dari gadget utama saya karena ko makin kesini saya juga berpikir bahwa instagram not gives that much useful stuff, dan sebenarnya hanya buang-buang waktu untuk keep us scrolled the timeline yang isinya, sama dengan Path, yang menunjukkan how socialistic they are! Yahaha iya saya tau kok namanya juga media sosial ya wajar untuk sebebas-bebasnya berekspresi, sebebas-bebasnya membentuk image diri. Maka jika saya tidak suka atau merasa risih, no sense untuk mengubah semuanya dengan cakupan area dengan luas tak terhingga itu, jadi yang bisa dilakukan hanya keluar dari zona. Giving up! Menyerah untuk tidak terlalu berlebihan dalam penggunaan media social, seperlunya saja, biasa aja. Berhenti kepo-kepo akun orang lain karena certainly they just gives you fucking of shit to meaning a life!, berhenti sok eksis dengan ngasih tau kita lagi apa, dengan siapa, dimana karena they totally don't care about it, and the most important stop wasting your time to keep being around your social media. Mending waktunya dipakai baca artikel di portal berita, atau tilawah di app Al Quran, atau nulis blog (hah pencitraan haha), atau kultwit yang bermanfaat, atau setidaknya sharing sesuatu yang memang sangat layak dilihat dan berguna untuk banyak orang. If your update makes no sense, i just say better you don't publish it. Be the genius one!
Saya bicara seperti ini hanya ingin berbagi, sudah saya katakan sebelumnya kan bahwa saya pun pernah di posisi kelebayan di media sosial tapi semuanya toh proses, meskipun sudah uninstall instagram di ponsel utama, saya masih nge-keep aplikasi ig dan path kok di tab, untuk kebutuhan info sekali-kali, enggak secara tiba-tiba bisa lepas gitu aja. Tapi satu hal yang pasti,, hingga suatu saat nanti, di suatu turning point yang sama, kalian semua akan juga merasakan apa yang saya rasakan. Bahwa media sosial akan lebih baik jika diperlakukan dengan tidak berlebihan dan diperuntukan untuk hal yang bermanfaat untuk banyak orang.
Bicara soal media sosial lainnya, dulu saya pun sangat asyik berchatting ria dengan teman-teman di whatsapp, atau line, atau bbm. Asyik membentuk atmosfer obrolan yang jika dipikir-pikir banyak tidak pentingnya. Padahal berapa jam yang kita habiskan untuk itu padahal mungkin saja di jam itu saya bisa mengerjakan hal yang lebih bermanfaat, berapa banyak orang yang kita abaikan hanya demi obrolan bayangan itu. Hahaha maaf ya untuk teman-teman yang banyak saya anggurin beberapa hari ini, balas chat yang super lama, karena lagi di tahap malas untuk sesuatu yang enggak penting. Saya sarankan kalau memang urusannya urgent dan penting, awali dengan text yang to the point, enggak usah sok-sok ngecek kita on enggaknya dengan cuma manggil nama atau ucapan salam, karena sesungguhnya yang serius akan serius juga untuk mengawali pembicaraan. Recipient pun akan tau apa yang harus dilakukan untuk merespon chat penting dan tidak penting, sesibuk atau sekosong apapun waktunya. Ya saya tau sih ini cuma lagi jenuh aja dengan segala chat group yang masuk tidak hentinya dan keisengan orang-orang, saya tidak menyalahkan siapapun disini. Seperti yang saya katakan sebelumnya, itu hak tiap individu untuk bertindak apapun, selama tidak merugikan orang lain, fine fine aja kok. Sekali lagi ini hanya pendapat saya aja. Saya yang sedang jenuh dan malas dengan semua hal di media sosial yang 'gitu-gitu' aja. Sah-sah aja aja kok sebagai social media user biar tahu perkembangan teknologi juga, yang penting kita bisa mengontrol segala feeds yang masuk aja agar semua hal yang berniat baik tidak disalahgunakan dan yang berniat buruk dijauhkan. Be a wise user intinya, gak usah berlebihan.
Sekarang saya paham kenapa orang dewasa itu sangat mengurangi aktivitasnya di social media (kecuali untuk orang-orang yang memang berkarir di bidang digital), karena orang yang dewasa sudah bisa berpikir apa hal tidak bermanfaat untuknya, dan meninggalkan apa membuat waktunya terbuang sia-sia, bertindak secukupnya. Saya juga paham kenapa orang dewasa jarang mengumbar kehidupannya di media sosial, karena saya pun mulai merasakan betapa berharganya setiap momen itu jika hanya kita dan partner kita yang tau, yang menghargai. It's more sweeter when it comes more personal, isn't it?
Semoga kita bisa belajar untuk menjadi orang-orang yang selalu bermanfaat dengan apapun yang kita lakukan, bisa menjadi orang-orang yang efektif dalam memanfaatkan waktu, dan menjadi orang-orang yang tidak berlebihan terhadap sesuatu. Amin.
Comments
Post a Comment