FRIENDZONE?

kata friendzone emang lagi trend dan super hits banget dikalangan anak muda sekarang. tapi sebenernya saya gak terlalu paham arti kata friendzone itu apa. laki-laki dan perempuan temenan udah lama, deket banget, nyaman banget nah tapi apakah friendzone itu kalo keduanya suka sama suka tapi pada gak mau bilang atau emang cuma salah satunya aja yang suka dan tetep gak mau bilang? hmmm gak jelas juga sih mungkin (menurut saya) kata friendzone itu terlahir karena adanya hubungan pertemanan yang sudah kelewat 'batas' hingga muncul perasaan lebih dari sekadar teman tapi perasaan itu tak tersampaikan hanya karena takut pertemanan yang sudah terjalin akan berbeda rasanya. is it?

disini saya ingin berbagi pemikiran saya tentang friendzone ya. inget ini cuma pemikiran saya aja. seperti yang beberapa waktu lalu saya baca di 2 akun instagram mengenai friendzone, 2 diantaranya menarik perhatian dan akhirnya kepikiran untuk menulis tentang friendzone.

Tidak ada pertemanan yang murni antara laki-laki dan perempuan. Di dalamnya akan ada perasaan meski berusaha keras menolaknya -Suara Cerita

Pergi bareng, makan bareng, dijemput, boncengan, diperhatiin, curhat bareng, ketawa bareng, tapi sayang friendzone -Dagelan

well dari dulu sampe sekarang saya cenderung punya kenyamanan jika main dengan laki-laki. bahkan kadang lebih bondingnya kalau main dengan laki-laki. alasan pertama ya karena laki-laki tuh gak ribet, lebih solutif kalo ngasih saran, dan juga lebih humoris jadi lebih rame kalau ngobrol dan main. meskipun untuk beberapa hal saya juga lebih milih ke temen perempuan. tapi ternyata setelah diliat-liat, temen laki-laki saya ternyata lebih banyak dibanding perempuan. maksudnya gini, lebih sering main dan akrab dengan laki-laki dibanding perempuan. toh bagi saya semua perempuan yang saya kenal pasti saya anggap teman. berawal dari kelas 2 SMP sih kaya gini, berawal dari milih kursi paling depan diantara barisan yang isinya cowok semua (cerita Obe itu lho) dan akhirnya ngerasa nyaman dan lebih cepet mingle dengan cowok. bagi saya yang punya sifat agak susah fit in di lingkungan baru emang solusi paling pas kalau mingle duluan dengan anak cowok. gitu juga pas SMA, lebih cepet fit in dengan anak cowoknya. pas kuliah juga gitu, awal kuliah emang berusaha ngerubah dan akhirnya pdkt ke cewek tapi ternyata gak tahan lama (entah ini emang sugesti atau gimana) ujung-ujungnya malah lebih sering main dan curhat sama Eko, Hilman, dan Azhar. terus pas dapet temen KKN juga lebih sering main dan curhatnya malah ke anak lakinya, Prima, Haeri, Acil. PPL pun gitu, lebih sering ngobrol sama anak laki-lakinya Pimen, Yoga, Ari, Marcell, Habibi, Panji, Roby, Nacho. meskipun gak semuanya masih bonding sampe sekarang. terus sampe sekarang yang masih berhubungan emang lebih banyak sama temen laki-laki zaman SMP dan SMA, Wildan, Erdy, Doni, Algi, Obe, Alif, Ajong, Irfan (gegara sering main di Bandung). entah ini hal yang salah atau bener lebih milih main dan curhat sama laki-laki tapi emang kalau dirunut tapi niatan apa-apa ujung-ujungnya lebih bonding dengan temen laki-laki. 

pernah friendzone? nah kalau ditanya begini, bingung juga jawabnya. friendzonenya berdasarkan filosofi siapa dulu? kalau menurut filosofi saya, gak pernah. gak pernah tuh saya mendem perasaan gimana gimana ke temen laki-laki ya kalau mau bilang ya bilang aja karena emang selama ini belum pernah ekspektasi apa-apa. seperti yang waktu itu saya tulis tentang kekaguman tentang temen-temen cowok SMA. terus saya bilang, "Enak ya yang sekarang lagi sama mereka." Saya jujur bilang gitu, tapi bukan berarti saya totally ingin punya pacar dan suami = mereka. cuma emang mereka berhasil fit in dengan tipe-tipe ideal pria versi saya. tapi bukan berarti saya inginkan mereka kan? menurut saya wajar ko perempuan berteman dengan laki-laki yang sesuai dengan tipenya, toh dalam pertemanan juga butuh kenyamanan kan. kalau gak nyaman ya gak akan temenan juga. makanya saya agak kurang setuju sama quotenya dari Suara Cerita itu, saya rasa pertemanan saya murni ko toh emang pertemanan selalu terjadi duluan kalau emang terjadi di tengah perjalanannya ada rasa ketertarikan itu wajar aja sih namanya juga pertemanan laki-laki dan perempuan. terus kalau udah gitu? saya cenderung akan bilang aja apa adanya (kaya contoh hubungan terakhir saya dengan salah satu teman). namanya juga hidup kan harus siap baik buruk. bilang aja terus terang kalau suka, gak ada yang salah kan. hah emang sih ngomong disini lebih gampang. tapi coba deh dipikir, yang bikin friendzone terhina itu karena ada ekspektasi dibaliknya, sehingga bikin kita gak berani bilang tapi malah beralibi takut pertemanannya jadi beda. ini juga yang salah sih, ngapain juga pertemanan jadi beda setelah salah satu ada yang bilang suka. toh ketertarikan pada lawan jenis wajar kan? justru seharusnya yang namanya temen gak begitu dalam menyikapi perasaan suka. kalau emang yang disuka gak ingin berhubungan lebih dari temen yaudah jujur aja bilang baik-baik, yang menyukai pun harus terima apa adanya. jangan sampai cuma gara-gara ini pertemanan jadi malah beda dan malah bikin sakit hati lagi. setelah ada kejadian ini ya jalani pertemanan apa adanya aja. ini nih yang bikin friendzone adalah sesuatu yang hina. oke mengerti perasaan emang gak gampang diatur ya, makanya ini cuma butuh kebijaksanaan masing-masing pihak aja. sok mau pilih nyampein perasaan sejujurnya dan menerima apapun keputusannya, atau bermain dengan kebohongan dan bikin hati terus terusan kaya quote-nya Dagelan?

ini pilihan aja sih, jangan sampe kegiatan pertemanan yang sebenernya wajar-wajar aja dilakuin harus ada kata 'sayangnya cuma friendzone' toh kalau aja si orang yang suka bilang dan siap nerima resikonya (resiko disini bukan pertemanan yang beda ya, tapi resiko di orang yang disuka gak mau berhubungan lebih) pasti akan bagus ko jadinya asal dari orang yang suka ada komitmen duluan bahwa apapun keputusannya gak akan ada berubah. kalau toh perubahannya dari orang yang disuka, ya orang goblok aja sih itu. maksudnya apa ngerubah hubungan pertemanan? harusnya dia justu ngaca sambil bersyukur bahwa ada temennya yang sangat menghargai hubungan pertemanan mereka meskipun dia harus nahan malu mungkin saat bilang suka. teman yang jujur pada dirinya sendiri dan berani ambil resiko justru harus dipertahankan bukan?

intinya sih menurut saya gak ada yang salah sama yang pertemanan antara laki-laki dan perempuan, gak ada yang salah juga kalau ternyata hubungan intens itu jadi berujung suka sama suka both keduanya atau hanya satu pihak. yang salah itu kalau dari yang suka itu gak ada yang bilang karena takut. bilang aja dulu. kalau ternyata si lawan jenis itu ternyata suka juga ya ngapain diambil pusing langsung aja ambil keputusan sesuai dengan yang kalian inginkan. kalau ternyata di lawan jenis gak satu perasaan, harus siap segala resikonya, jangan pernah kita yang justru menjauh karena teman yang tulus gak akan tergoncang hanya karena perasaan suka. be wise! kalaupun gak mau terjebak di friendzone, ya jangan main lagi sama dia! dengan enggak ketemu dia lagi pasti perasaan suka itu lama-lama hilang. tapi mau emangnya silaturahmi terputus cuma gara-gara perasaan suka yang sah-sah aja. kalaupun emang gak mau bilang, sok aja tahan sakit hatinya. jangan munafik. di depan dia oke oke tapi dibelakang nangis-nangis, pertemanan kaya gitu enggak sehat. sekarang pilih hadapi atau menghindar?

Comments

Popular posts from this blog

1

Jangan sombong, banyakin bersyukur

sahabat kakak