feel so guilty :(

sore ini gak sengaja nemu tumblrnya Riri, pacarnya Obe (temen SD, SMP, dan SMA saya) plus pernah juga satu semester jadi temen satu SMA saya. di tumblrnya Riri, dia bilang bukannya mau egois ngejar sidang cepet (Agustus, dan ngeduluin temen-temennya) tapi dia punya tanggung jawab buat orangtuanya. dia gak mau bikin orangtuanya kecewa. gak mau bikin orangtuanya sedih setelah perjuangan mereka selama ini untuk Riri. speechless.

Riri dan Obe berhasil sidang bulan ini. hebat! saya akuin hebat. bagi kita yang anak UPI dimana skripsi harus berbarengan dengan PLP itu bukan hal yang gampang. tapi Riri berhasil melewati itu dengan lancar. alhamdulillah ikut sedang ada teman-teman saya yang sudah sukses S1 dan berhasil memanas-manasi saya untuk cepat menyelesaikan skripsi saya. ternyata terasa gamang dan galaunya mahasiswa tingkat akhir bukan hanya dalam menyelesaikan skripsinya saja, tapi justru karena semua ini tanggung jawab untuk orangtua lah yang membuat semuanya terasa berat jika dibuat santai.

jujur, akhirnya saya menyerah untuk menyelesaikan skripsi saya di semester 8. itu artinya bapak masih harus bayar uang SPP satu semester lagi. sedih banget saat bilang harus bayar semesteran lagi. mama yang biasanya gak pernah ikut campur masalah perkuliahan akhirnya tanya begini, "Kenapa harus bayar lagi? skripsinya belum selesai?" lalu saya ceritakan semuanya. memberikan excuses yang seharusnya dan sebenarnya bisa saya hilangkan kalau saja saya punya semangat untuk menyelesaikan S1 ini mau-gak-mau dalam 8 semester. seperti yang Riri tekadkan bahwa orangtua tidak boleh dan tidak berhak merasakan kekecewaan lagi dan lagi.

tapi apa boleh buat, nasi sudah jadi bubur. skripsi saya tidak mungkin selesai di semester 8. bulan Juli ini draft bab 1, 2, dan 3 baru fiksasi. belum lagi penelitiannya, belum lagi finishing dan mengurus kelengkapan kelulusan lainnya selain skripsi. mental breakdown! jujur siapa sih anak yang mau membuat orangtuanya bersedih? siapa anak yang mau membuat orangtuanya kecewa? tidak ada. begitu pun dengan saya. saya tidak berniat sama sekali untuk melakukan itu tapi kalau takdirnya sudah seperti ini mau diapakan lagi? tidak ada niatan sama sekali untuk menunda sidang, niatan saya dari awal pertama kali masuk UPI ya kuliah 4 tahun dengan IPK diatas 3,5 itu. IPK bisa saya jamin bisa di atas 3,5 tapi kalau kuliah tepat 4 tahun sudah saya langgar.

PPL yang alami tidaklah mudah. sekolah yang saya pilih adalah sekolah nomor satu di Jawa Barat. lulusannya tembus 70% ITB dan sisanya universitas ternama. meskipun kami hanya pre-service teacher mereka tetap mengharapkan profesionalisme itu. dan hal itu bukan hal yang mudah untuk kami para guru amatir. jadwal bimbingan yang selalu bentrok dengan jadwal mengajar dan akhirnya mau tidak mau bimbingan yang harus di relakan daripada PPL diabaikan dan citra universitas yang dijelekkan. rasa lelah ketika sampai di kosan, dan banyaknya persiapan mengajar yang harus dilakukan berhasil mengalahkan skripsi. skripsi saya terbengkalai selama 3 bulan. belum lagi karena sekolah 'terfavorit' itu melarang praktikan PPL untuk melakukan penelitian di sekolah itu semakin membuat motivasi dan semangat untuk skripsi semakin turun. oke memang seharusnya saya tidak mudah menyerah. tapi memang saat itu kondisi saya sedang dalam krisis kepercayaan diri, tekanan dimana-mana. banyak yang harus saya pikirkan, banyak yang harus saya lakukan. sehingga akhirnya keputusan seperti inilah yang saya ambil. saya fokus untuk PPL, dan skripsi saya tangguhkan di semester 9.

kalau ada yang berbicara, yang lain bisa tuh PPL plus skripsi berbarengan. ya sama seperti Riri lakukan. iya saya katakan saya pun sebenarnya bisa melakukan itu. meskipun tidak ada izin dari 3 untuk penelitian disana saya bisa kan melakukannya di sekolah lain? tapi bukan itu saja masalahnya. banyak. terlalu panjang jika harus diceritakan disini. toh semuanya sudah terjadi. ini pilihan saya. saya yang menentukan untuk akhirnya mengontrak ulang skripsi di semester 9. saya sudah sadar dengan konsekuensinya. konsekuensi nanti saat sidang atau wisuda tidak berbarengan dengan teman-teman karena mereka sudah mendahului, konsekuensi hati yang panas melihat teman-teman sudah mulai memposting kelulusannya, konsekuensi saat teman-teman sudah bernafas lega di semester 9 sementara saya masih harus berjuang, konsekuensi dicerca dosbing karena 3 bulan menghilang, dan konsekuensi terbesar adalah membuat mamah, bapak, aa, dan Opi kecewa saat tau kuliah saya lebih lama dari normalnya.

sampai kapanpun mama dan bapak mungkin tidak akan menyadari betapi sakitnya konsekuensi yang saya rasakan itu. biarkan saja saya yang alami sendiri, jangan sampai mama dan bapak tau karena pecundang seperti saya ini tidak pantas menerima rasa bela dan kasihan dari orang-orang hebat berhati mulia seperti mama dan bapak. intinya selama ini saya berusaha untuk bisa menggenapkan kuliah saya selama 4 tahun, saya jalani seminar proposal tepat pada waktunya, mata kuliah tidak ada yang mengulang, nilai tidak ada yang D, saya kerahkan semua tenaga dan pikiran saya untuk itu semua. namun ternyata di tingkat akhir ini saya diuji. mungkin ini karena salah satu kesalahan saya dimasa lalu wallahualam. hanya Allah Yang Tahu.

nasi sudah menjadi bubur, tapi kalau kita menambahkan kecap, sambal, kacang, dll akan terasa lebih enak bukan? sejujurnya tidak ada di dunia ini yang buruk. semuanya akan menjadi indah jika kita memperbaikinya dan mengambil hikmah dari itu semua lalu bersyukur. semuanya harus diperbaiki. semuanya harus dikejar kembali. semuanya akan baik-baik saja. don't blame yourself too much instead of get up and keep fighting! masih ada waktu untuk bisa lulus di 2014 ini, Ca!!!

SEMANGAT!!!
nothing worth having comes easy 

Comments

Popular posts from this blog

1

Jangan sombong, banyakin bersyukur

sahabat kakak