Semanis Generasi 90s

Weekend kemarin ada acara yang super seru, Festival Mesin Waktu di Jakarta. Sayang banget enggak bisa ikutan padahal udah pengen dari sejak announcement ada konser ini. Dari namanya, festival yang khusus dibuat oleh Tim Generasi 90an berkolaborasi dengan Ismaya Live pasti untuk bernostalgia. Udah kebayang kan gimana serunya disana. Katanya disana ada beberapa zona untuk nostalgia masa 90an. Ada zona main yang isinya mainan-mainan ala anak 90an, zona musik yang bisa karaoke lagu-lagu 90an, zona nonton yang bisa dipake untuk nonton acara televisi, film, dan iklan era 90an, zona museum yang isinya banyak barang-barang yang mengingatkan masa 90an, dan yang paling seru ada konser band-band yang eksis di tahun 90an: Naif, Basejam, P-Project, Potret, dan Bening. Yang paling bikin ingin datang ke acara itu udah jelas Basejam! 

Karena aku enggak bisa datang ke acara nostalgia itu akhirnya cuma nonton live di official instagram @generasi90an. Pecah banget itu konsernya! Parah terharuuuu akhirnya liat Basejam manggung lagi. Aku yang Cuma nonton live nya aja bisa sampe nyanyi-nyanyi. Enggak kebayang kalau saat itu bisa ada di venue. Konser Mesin Waktu bisa seeksklusif itu. Kapan lagi coba konser yang isinya orang-orang seumuran? Dan kapan lagi konser yang penuh kebaperan yang cuma bisa dirasain oleh orang-orang usia 25-35 tahun?

Selesai nonton live IG, aku masih senyum-senyum sendiri. Gila memang nostalgia bisa sebegini bikin bahagianya. Kenangan era 90an emang enggak bisa dilupakan. Semuanya mengasyikan. Meski dulu enggak semudah kehidupan sekarang tapi itu yang bikin sangat berkesan. Sekarang kalau dipikir, betapa beruntungnya aku lahir di tahun 90an sebelum era millennial dengan segala teknologi yang kadang membuat sesuatu cepat untuk dilupakan.

Bicara mengenai generasi 90an, aku pun enggak terlalu tahu maksudnya apa. Apakah generasi kelahiran 1990–1999 (aku masuk golongan ini) atau justru generasi yang sedang berkembang di tahun 90an which is para senior kelahiran 1980–1990 (aku enggak termasuk golongan ini). Di akhir generasi 90an, saat itu aku baru berusia 8 tahun. Seharusnya di usia itu aku belum terlalu memiliki kenangan yang berarti ya, belum ada cinta-cintaan yang membuat masa itu semakin berharga. So, let’s say it is my brother generation. Kakakku yang memang lahir di tahun 1988, lebih tua 4 tahun pasti lebih punya kenangan tersendiri yang lebih banyak dariku. Mungkin juga aku jadi ikut-ikutan baper generasi 90an karena dulu begitu banyak kenangan sederhana yang dilakukan bersama kakak. Kakak yang dulu mengenalkan lagu-lagu cinta milik Basejam, Sheila on 7, Dewa 19, Wayang, Padi. Kakak yang dulu sering mengumpulkan kliping chord-chord gitar dan membuatku penasaran juga ingin belajar gitar. Kakak yang dulu punya banyak kaset bajakan hasil merekam menggunakan radio tape dan ternyata pas aku dengar lagu rekamannya ciamik-ciamik. Kakak yang dulu sering ajak aku nonton MTv Ampuh di hari Sabtu. Kakak yang dulu sering belikanku majalah Bobo dan Gaul. Kakak yang membelikanku stiker-stiker untuk ditempel di lemari. Banyak… banyakkk sekali hal seru saat itu. 

Meskipun aku baru berumur sekitar 8-15 tahun, aku ingat betapa dulu lagu-lagu begitu berharga karena sulit didengar. Harus request di radio atau memutar balik kaset. Betapa dulu sulitnya mengeceng gebetan karena enggak ada smartphone, tapi justru hanya titip salam radio, tulisan diary, kolom salam di mading menjadi lebih manis dibanding like atau mention. Betapa dulu jarak begitu menyedihkan karena dibatasi oleh tarif telefon wartel murah hanya jika setelah jam 8 malam, tapi justru setiap detik yang dihabiskan untuk mengobrol dengan kakek dan nenek menjadi begitu menyenangkan. Betapa dulu hadiah kaset di hari ulang tahun begitu mewah. Betapa dulu jarak antara fans dan artisnya begitu dibatasi oleh series yang hanya seminggu sekali, tapi setelah hari itu datang, seluruh penantian menjadi manisnya sendiri. Betapa dulu seluruh keluarga sudah di tempat tidurnya masing-masing di pukul 9 malam karena sudah tidak ada tontonan lagi, tidak ada media sosial sebelum tidur. Tidur yang sungguh mendamaikan kehidupan. Betapa dulu biodata-biodata teman di diary adalah lambang persahabatan yang membuat kita semakin dekat dan berarti hanya karena kita mengingat ulang tahun dan no telefon teman. Betapa dulu bahagia sesederhana menemukan nama orangtua gebetan di buku Yellow Pages. Betapa dulu melihat bayangan foto kita di klise kamera begitu mengasyikan. Betapa dulu celengan adalah kunci kebahagiaan jajan. Betapa dulu keringat hasil bermain di lapangan bersama teman ada keringat yang sangat ditunggu-tunggu. Betapa dulu dengan segala kesederhanaannya namun tetap membuat semuanya manis... manis... 

Dengan segala kesederhanaan di masa 90an, itulah justru yang membuat kita menjadi manusia yang mensyukuri dan menikmati waktu. Ketika ketidakberadaan teknologi menjadikan kita generasi yang menggemaskan tanpa drama. Ketika semuanya tidak mudah didapatkan sehingga membuat kita lebih menghargai semua yang telah dijalani. 

Ketika sekarang, dengan semua kemudahan dan kemajuan yang ada, menjadikan kita tidak menghargai diri kita sendiri untuk berbahagia. Menjadikan kita lupa akan rasa syukur dan kesederhanaan hidup. Apa yang salah? 
Terimakasih atas semua kenangan di sepanjang tahun 90.
Aku beruntung menjadi bagian didalamnya.
Kosan, 22:48 WIB. 
Dengan gemericik hujan dan lagu Rindu (1997) Basejam di Spotify.

Aa disunat, Juni 1997. Generasi 90an!!

Salah satu kaset bajakan buatan Aa. Gemassssss


Comments

Popular posts from this blog

a month remaining to 21

1

Dear Friend...