Sedikit Membuat Berharga

Banyak yang bilang serba kekurangan itu enggak enak. Kurang duit, kurang kasih sayang, kurang nilai. Kurang jadi hal yang ditakuti. Tapi sebenarnya enggak pernah loh ada kata kurang dalam kehidupan kita, yaa kecuali misalnya dibilang kurang 0,05 pas ngitung matematika, yang berhubungan dengan hitungan berdasarkan ilmu. Karena sebenarnya, berdasarkan ilmu Allah dan manusia, kurang itu enggak ada. Kurang itu adalah kata sifat yang sebenarnya dibentuk oleh manusia itu sendiri. Padahal ya kita tau sendiri, kurang itu bisa diartikan juga sedikit, seenggaknya we have it gitu. Enggak nol nol banget. Dan harus disyukuri seberapa pun itu. Karena disitulah letak rasa kurang akan menjadi rasa berkecukupan. Karena dibentuk oleh manusia, maka kurang itu enggak selamanya merugikan. Bahkan beberapa hari ini, aku punya pemikiran bahwa menjadi kurang itu enggak semuanya jelek. Kurang bisa jadi hal baik untuk diri kita.

Misalnya gini, mulai bulan aku sengaja cuma pasang paket internet untuk handphone dengan kapasitas hanya 1 GB untuk satu bulan (sebelumnya aku pasang 4GB). Iya emang enggak akan cukup untuk 24 jam selama 30 hari, tapi paket internet ini aku pakai hanya saat diluar kosan. Selebihnya ya pakai wifi kosan. Emang awalnya mikir ah pasti kurang, tapi itu cuma mindset aja. Selebihnya kita sendiri yang mencukupkan. Karena kuota sedikit, aku jadi lebih bijak menggunakannya. Waktu nunggu dan saat di angkot enggak aku pake lagi untuk scroll dan kepo kepo Instagram, tapi justru ku pakai untuk nulis draft blogspot, baca buku yang kubawa atau ebook yang sudah didownload lalu kusimpan di library Play Books, atau edit edit foto untuk bisnis @menulis.co. Kuota yang tadinya ku pakai untuk dengar Spotify, jadi kugunakan untuk mendengarkan murrotal yang sebelumnya sudah ku simpan di internal. Ternyata kurangnya kuota membuatku belajar betapa sudah terlalu banyak waktu yang terbuang for nothing. Mungkin buat kalian yang lagi berusaha mengurangi ketergantungan sama media sosial bisa dicoba untuk mengurangi kuota internet. Menghapus aplikasi enggak begitu membantu karena bisa kapan pun diinstal lagi. Awalnya kita mikir bahwa mungkin emang enggak akan cukup kuota 1 GB sebulan tapi keadaan itu yang akhirnya memaksa kita untuk hemat. See? Menjadi kurang justru menguntungkan yaa

Kalian juga pernah enggak sih ngerasain jadi semakin produktif ketika kita emang lagi banyak banget kerjaan dan kewajiban lain yang harus diselesaikan. Aku iya. Justru saat kita semakin banyak deadline disaat itulah kita akan lebih bijaksana juga mengatur waktu. Kita akan bikin time planning sebaik baiknya supaya semua deadline bisa selesai tepat waktu. Coba aja kalo kita enggak punya banyak kerjaan, kita akan nyantai, ibaratnya kaya you still you have time gitu. Iya gak? Karena waktu yang lowong.

Sama halnya saat dulu saat ku kecil, aku hanya punya sedikit mainan. Mainan yang hanya dibelikan orangtua saat ulangtahun dan bagi rapot. Dulu mau minta belikan mainan rasanya enggak enak banget. Jadinya mainan yang ada selalu ku jaga baik baik. Jangan sampai ada yang hilang. Mainan rusak sedikit saja sedihnya bukan main. Beda banget sekarang saat kulihat sepupuku yang kehidupan orangtuanya sudah lebih mapan dibanding kehidupan keluargaku dulu. Bayangin aja, kakaknya sudah punya 70an hotwheels padahal masih kelas 4 SD, adiknya pun punya puluhan barbie. Tapi justru kondisi bikin mereka melupakan tanggung jawab untuk menjaga mainannya, karena merasa punya banyak. Miris ya lihatnya.

Masih banyak... Banyak cerita lain yang bisa kita ambil hikmahnya dari kondisi yang kurang. Kurang membuat semuanya menjadi berharga. Kurang enggak selamanya buruk. Begitu pun berlebih. Banyak kok yang berlebih waktu, uang, dsb tapi tetap bermanfaat dan memaksimalkan kondisinya itu. Seenggaknya kondisi kekurangan mengajarkan kita untuk mencukupkan apa yang tersedia, mengajarkan kita untuk bersyukur saat kita berlebih. Semoga kita menjadi semakin bijaksana ya.

Comments

Popular posts from this blog

1

Jangan sombong, banyakin bersyukur

sahabat kakak