Does it matter?

Mungkin kita semua sering mendapatkan pertanyaan yang sebenarnya sangat enggak penting tapi sering ditanyakan oleh orang-orang sekitar. Terutama pertanyaan yang menyangkut kehidupan pribadi, a super sensitive question. Aku tahu pertanyaan itu hanya sekadar basa-basi. Tapi apakah basa basi dilakukan dengan sebegitu dangkalnya? Hingga membuat orang yang ditanya agak risih dan enggan untuk memperpanjang obrolan.

Pertanyaan dari mulai, 
"Sekarang sibuk apa?"
"Kerja dimana?" 
"Skripsi/tesis udah sampai mana?"
"Kapan nikah?"
"Gimana udah ada calon belum?"
"Calonnya kerja apa?"
"Udah ngisi belum?"

Oh God! Does it matter for you? Dari beberapa orang yang pernah menanyakan pertanyaan itu kepadaku, aku sempat bertanya apa tujuannya? Mayoritas jawab karena enggak kepikiran pertanyaan lain and they think it is better than no asking. Hmm… enggak kepikiran pertanyaan lain! Ini konyol sih ya. Jadi selama ini sekolah 16 tahun enggak bisa bikin pertanyaan yang bikin orang merasa senang menjawabnya? Ada apa dengan mental orang-orang ini? Hal ini membuatku berpikir bahwa pertanyaan basa-basi enggak penting itu sudah jadi common sense di kalangan masyarakat Indonesia, katanya… daripada enggak nyapa, daripada enggak nanya. Tapi kalau bolehku bilang, daripada pertanyaannya enggak penting dan justru membuat orang yang ditanya jadi malas berbicara, ada baiknya kalau kita diam aja, biarkan mereka bertanya duluan, atau buat pertanyaan yang berkualitas yang enggak hanya menanyakan status seseorang!

Aku pernah membaca suatu artikel inc.com tentang 3 easy ways to make a good quality conversation. Salah satu point yang sangat kusuka adalah “Make yourself interesting and memorable” Bagaimana caranya? Jadi seperti yang ditulis artikel tersebut, ada perbedaan antara obrolan orang-orang sukses dan orang yang membuang-buang waktu. Ketika orang sukses mengobrol santai atau bertemu seseorang mereka tidak pernah membicarakan pekerjaan atau kehidupan pribadi mereka. Mereka akan cenderung membicarakan obrolan lain diluar kehidupan sehari-harinya. Supaya apa? Supaya mereka mendapatkan sesuatu yang lebih penting dibanding tentang kehidupannya. Dengan cerdiknya mereka mencari obrolan dan pertanyaan yang akan mengarah pada sesuatu hal baru atau informasi yang akan mereka dapatkan. So, in the last of article, the writer wrote: 
Think of how you can expand your knowledge and areas of interest to make yourself much more memorable when people meet you. Ask something matter and valuable.
Jadi ingat, suatu hari aku pernah bertemu dengan teman sedari SD yang sudah lama tak jumpa. Kebetulan kami bertemu di rumah sakit tempat dia bekerja saat aku mengantarkan teman mengurus surat keterangan sehat. Sontak dia langsung menanyakan aku bekerja apa, dimana, sibuk apa saja, kapan menyusul dia menikah dan punya anak. Ku jawab seadanya. Setelahnya kucoba untuk mencari obrolan yang lebih berkelas dari sekadar membicarakan kesibukanku. Ku langsung menanyakan kabarnya, menanyakan bagaimana kabar anaknya, dan kesannya bekerja di lab rumah sakit. Seketika dia langsung menceritakan semuanya. Suasana yang tadinya awkward langsung cair. Ahh i see. A meaningful question which out of the common question could bring up the good atmosphere.

Aku berusaha untuk keluar dari stereotype pertanyaan basa basi tersebut, agak susah memang karena hal tersebut sudah menjadi kebiasaan. Terkadang karena orang lain menanyakan hal “enggak penting” itu terlebih dahulu, kita pun jadi ikut-ikutan menanyakan hal yang sama. Tapi kembali lagi ke tujuan awal, apakah kita ingin menjadikan setiap pertemuan itu berkesan? Jika iya maka mulainya dengan pertanyaan yang berkesan pula.

Before you ask someone, ask yourself first, does it matter? Does it necessary? Does it guide you into a good conversation? and does it make you memorable? 

Comments

Popular posts from this blog

1

Jangan sombong, banyakin bersyukur

sahabat kakak