there's no easy way out

dulu saya berpikir kalau saya masuk UPI saya gak akan berkembang. berbagai macam spekulasi muncul dari mulai UPI adalah kampus kampung yang isinya anak-anak Nyunda (yang kalau manggil senior laki-laki pakai kata akang), yang biaya SPP-nya aja murah banget gimana dengan jaminan perkuliahan dan fasilitas?, yang nantinya gak jauh-jauh dari guru dengan salary yang pas-pasan, yang belajarnya juga gak eksklusif karena cuma belajar materi sekolahan. pokoknya gak keren kalau masuk UPI! gak ada tantangan!

tapi sekarang semua itu, BIG ZERO jadinya! ngerasain banget gimana sulitnya belajar di UPI. tapi kadang berpikir, ya ampun baru ngerjain tugas-tugas UPI aja udah ngerasain susah, gimana ngerasain tugas ITB atau FK? dan langsung meng-under-estimated diri sendiri "Makanya gak dilulusin di FK juga da meureun baru ngerjain tugas UPI aja udah keteteran." tapi lagi-lagi itu semua cuma pikiran orang bodoh yang pemikirannya gak lebih dari 5 cm. 

bukannya mau sok pinter dengan bilang tugas perkuliahan saya susah-susah tapi lebih mau menyuarakan kalau masing-masing profesi punya kesulitannya masing-masing. jangan pernah meng-under-estimate tiap jurusan dan profesi dengan bilang mudah karena peminatnya sedikit atau gradenya gak bagus. see? sekarang saya keteteran dengan tugas-tugas kuliah saya. meskipun memang gak seribet bedah orang, ngafalin penyakit plus obatnya, ngulik mesin atau sebagainya tapi bukankah bikin suasana kelas nyaman untuk belajar dimana ada lebih dari 40 orang anak berbeda juga sulit? belum lagi menguasai emosi diri untuk mengajar padahal kita capek dari pagi udah ngajar terus, belum lagi harus validasi soal, buat RPP, inovasi dalam pembelajaran.

miris sih pantas saja pendidikan di Indonesia belum bisa berkembang baik karena ya calon pendidik juga sudah meng-under-estimate diri mereka masing-masing, bilang jurusan mereka gak kece lah, gak menantang, grade-nya gak keren yang bikin mereka sampai malu ngaku kalau mereka adalah calon guru. gengsi katanya. tapi percayalah, Indonesia butuh kita semua calon-calon pendidik yang mau berusaha keras untuk berinovasi dalam pembelajaran untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik, yang gak hanya bertanggung jawab terhadap gaji saja tapi bertanggung jawab terhadap morak dan akhlak anak-anak Indonesia. sungguh, hal itu bukan hal mudah, bukan hal yang bisa dipermalukan dan dipermainkan. tapi justru pekerjaan yang membutuhkan ketulusan dan keikhlasan yang akan berbuah pahala.

tidak ada profesi yang memalukan, justru darimana lulusan yang sekarang banyak diperbincangkan oleh media terkait korupsi. hampir semua dari mereka adalah orang-orang pintar yang berasal dari kampus luar biasa. tapi kemanakah akhlak mereka? disitulah peran keluarga dan guru dipertanyakan. sungguh sulit kan tugas guru sampai bisa disejajarkan dengan peran keluarga? bayangkan saja seorang anak memang dititipkan di sekolah selama 12 tahun. kalau bukan guru-guru yang bertanggung jawab yang melakukan itu semua, moral bangsa taruhannya. 

guru tidak terlalu butuh orang-orang pintar, tidak butuh untuk menjadi guru harus dengan taruhan passing grade tinggi dan persaingan sengit. yang dibutuhkan hanya orang-orang yang mau memberi dengan ketulusan dan mau bertanggung jawab terhadap moral bangsa. tugas mulia sebenarnya, kalau semua orang tahu tidak akan ada rasa sombong untuk siapapun yang masuk ke jurusan terhebat karena untuk masuk jurusan tersebut bukankan mereka butuh guru? dan juga yang terpenting tidak ada rasa malu untuk siapapun yang masuk ke dunia keguruan karena tugas kita nantinya sangat mulia dan menyenangkan.

Comments

  1. Semangat, Ca.. Presiden juga diajari guru dulunya :D

    ReplyDelete
  2. haha semangat dong chal! semangat juga ya! tingkat akhir nih kita :)))

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

a month remaining to 21

1

Dear Friend...