I was wrong about...

Update kali ini edisi curhat. Biasanya sejak sudah bersuami, jarang sekali aku curhat disini karena rasanya sudah cukup mengutarakan isi hati. Perempuan kan gitu ya "yang penting udah dikeluarin unek-uneknya". Alhasil jadi malas untuk nulis yang isinya curhatan. Padahal sebenernya kalau niat sih bisa-bisa aja. cuma seringnya memang gak ada waktu juga. 

Bicara masalah waktu, segalanya jadi serba sat set sejak kehidupanku harus ditata kembali karena pindah domisili tanpa pengalaman sebelumnya, kerjaan baru, punya anak batita, suami kerja jauh (meski gak LDR), dan jauh dari keluarga. Binar yang saat itu baru 1,5 tahun akhirnya harus diasuh oleh pengasuh. Patah hati terbesar sepanjang hidup. Saat itu overthinking segala-galanya. Apalagi karena rumah pengasuh dekat, Binar sering diajak keluar rumah bahkan ke rumah pengasuh. Saat itu kupikir "Okelah yang penting urusan pengasuhan aman", kami bisa fokus bekerja toh rumah pengasuh dekat dan semuanya ku kenal meskipun memang kondisinya tidak seideal di rumah sendiri. Selagi Binar tidak sakit, tumbuh kembangnya sesuai usia, semuanya akan baik-baik saja. 

Binar dengan pengasuhnya berjalan kurang lebih 2 tahun. Akhirnya kami memutuskan untuk berhenti untuk cari alternatif pengasuhan yang tentunya lebih safe dan terpercaya. Jujur saat mencari pengasuh pertama itu kami ada di posisi "yang penting dapet pengasuh" karena saat itu kami baru pindahan dan tidak tau lingkungan sekitar. Sehingga selama 2 tahun itu, drama-drama pengasuhan selalu ada yang membuat kami agak stres untuk harus melanjutkan pengasuhan lebih lama. Alhamdulillah setelah cari-cari info dapatlah sebuah daycare yang kebetulan bisa sekalian dengan sekolah level playgroup. Tanpa pikir panjang karena sekolah dan daycarenya cocok kami langsung memutus Binar dengan pengasuhnya. 

Selama Binar sekolah dan daycare alhamdulillah minim drama sekali. Malah melebihi ekspektasi. Kami bisa fokus bekerja lebih rajin karena tentunya biaya sekolah dan daycare tidak semurah biaya pengasuh di rumah. Ada harga ada kualitas ya memang. Hingga akhirnya di semester 2 Binar sekolah, aku positif hamil anak kedua. Di sinilah curhatan itu dimulai. Sebuah pelajaran berharga yang Allah berikan untukku agar aku bisa memperbaiki semuanya, agar aku sadar diri tentang kewajibanku.

Sebelum ditanyakan hamil, aku memang sangat punya keinginan untuk segera mengakhiri kegiatan tambahan di sekolah. Alasan jadi sering meninggalkan kelas (padahal ini adalah kewajiban utama aku bekerja), lelah fisik dan mental karena lingkungan manajerial yang sudah tak lagi terasa menyehatkan, stres dan ada hal yang tidak sesuai dengan prinsipku. Yang terberat adalah karena waktu untuk keluarga jadi banyak terpakai karena kerjaan yang tidak berhenti meskipun di hari libur. Namun saat itu aku masih berpikir akan alasan yang valid untuk melepas semuanya, selagi masih bisa bermanfaat kenapa tidak dijalani saja. Toh ada tambahan penghasilan, toh keluarga masih baik-baik saja, toh banyak sekali pengalaman yang bisa ku dapatkan untuk jenjang karirku kedepannya. Namun ternyata Allah atur semuanya. Dengan kehamilan ini mungkin jadi jalan dan alasan valid untuk benar-benar rehat dan fokus kembali untuk merefleksi apa yang aku butuhkan dan inginkan.  

Sejak dinyatakan hamil anak kedua ini, aku mulai mantap membatasi kegiatanku di sekolah. Yang tadinya aku si super ambis akan apa yang ada di sekolah, dari mulai jadi staf wakasek, panitia ini itu, pembimbing ekskul dan lomba siswa, tugas koordinasi dan pelatihan luar kota pun kujalani. Sampai ada yang bilang, "Dimana-mana ada Bu Rosma." yah tidak lain supaya dapat tambahan penghasilan juga, tiba-tiba harus berhenti dari semua tugas tambahan itu karena kondisi kehamilanku yang pasti mengalami hiperemesis di trimester pertama. Satu per satu tanggung jawab di tugas tambahan aku lepas. Meskipun sebenernya pembatasan aktivitas tambahan di sekolah ini sudah aku inginkan rencanakan sebelumnya namun tetap saja awalnya agak berat untuk dijalani. Kehilangan aktivitas di luar mengajar yang terkadang sebagai pelepas penat yang tadinya kulakukan setiap hari dari pagi hingga sore hari bukan hal yang mudah, belum lagi harus meredam jiwa si anak ambis yang selalu ingin eksis. 

Tapi ternyata dibalik ini semua, tentu Allah sudah siapkan hikmahnya. Padatnya aktivitasku di tempat kerja sebelumnya menjadikanku acuh untuk menyeimbangkan hak dan kewajibanku di rumah. Dan momen ini menjadikan turning point agar aku bisa kembali menata kehidupan keluargaku yang sebelumnya sangat alakadarnya. Waktu yang lebih banyak di rumah alhamdulillah bisa kumanfaatkan untuk fokus pada perkembangan dan pertumbuhan Binar yang ternyata selama ini banyak sekali yang tidak kusadari terlewat. Alhamdulillah bisa kugunakan juga untuk menata fokus untuk kesehatan fisik dan mental selama kehamilan. Menata kembali hubunganku dengan suami untuk kembali pada banyaknya kehangatan bukan banyaknya curhatan pekerjaan. Banyak... banyak sekali yang berubah dari rutinitasku di 6 bulan ini dan akhirnya kusadari bahwa bekerja sewajarnya di tempat kerja untuk lebih fokus di rumah bagi wanita adalah salah satu keberkahan yang luar biasa. 

Alhamdulillah.. Allah masih berikan jalan..

turning point ini tentunya membawaku pada penyesalan juga. Penyesalan terbesar tentu untuk Binar. Aku dulu terlalu menganggap remeh perkembangan dan pertumbuhannya karena merasa sudah terpenuhi dengan menyediakan pengasuh dan daycare terbaik. Hasilnya, pertumbuhan dan perkembangan Binar menjadi tidak maksimal. Binar yang sempat speech delay di usia tiga tahun karena kurangnya interaksi dengan orangtua yang kelelahan usai bekerja dan kurang optimalnya stimulasi dari pengasuh, Binar yang tidak punya rutinitas baik dan terlalu banyak screen time di malam hari karena aku yang terlalu lelah membentuk kebiasaan baik, Binar yang punya masalah sembelit karena kurang terpaparnya serat dan minimnya variasi menu karena aku tidak turun langsung untuk mengatur menu makannya, Binar yang belum bisa mandiri pipis di usia 4 tahun, Binar yang lemah motoriknya karena kurangnya aktivitas fisik, Binar yang akhirnya harus punya masalah kulit karena kurang higienisnya tempat pengasuh kami dulu, jadwal vaksin Binar yang banyak terdelay, Binar yang baru bisa makan sendiri di usia 3.5 tahun. Ah banyak sekali keterlambatan dan kesalahan yang terjadi pada perkembangan Binar. 

Akhirnya setelah 6 bulan waktuku lebih banyak di rumah, satu per satu, sedikit demi sedikit segala keterlambatan dan kesalahan pada Binar ku perbaiki dan ku kejar agar golden age masih bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. Alhamdulillah sekarang menu makan Binar lebih bervariasi karena aku lebih banyak waktu untuk menyusun menu makan dan masak, Binar jadi terbiasa makan sayur dan buah. Toilet training Binar sukses. Binar yang punya rutinitas baik di malam (solat, ngaji, pipis, sikat gigi dan no screen time) dan pagi hari (jalan pagi, sarapan, mandi, dan aktivitas motorik dan kognitif. Jadwal vaksin yang akhirnya terkejar. Masih ada perkembangan motorik yang masih on going untuk dimaksimalkan. Semoga aku dan Binar bisa. 

Ternyata menyediakan pengasuh dan sekolah terbaik versi kita saja tidak cukup untuk mendukung perkembangan anak sepenuhnya. Pembiasaan di rumah lah oleh ibunya lah yang ternyata paling berdampak. Alhamdulillah perkembangan Binar masih sedikit terbantu karena sekolah dan daycare selama 1 tahun sangat bisa mengejar ketertinggalan dan mengingatkan ku untuk terus mengoptimalkan stimulasi di rumah. Terimakasih miss-miss di Plamboyan 3!

Semoga kita semua bisa menjadi ibu yang amanah dan selalu semangat mengupgrade diri. Insya Allah pengalaman ini menjadi pengalaman yang berharga untukku, waktu untuk anak tidak ada gantinya. Pekerjaan, uang, eksistensi diri masih bisa dicari tapi waktu dengan anak tidak bisa diulangi lagi. 

Comments

Popular posts from this blog

1

Hi, Binar #2

a month remaining to 21